ContohLaporan Asuhan Keperawatan (askep) Tentang Diare. Deskripsi Singkat: Contoh Laporan Asuhan Keperawatan (askep) Tentang Diare ini membahas tentang: laporan asuhan keperawatan tentang diare yang dimaksudkan untuk memenuhi laporan mata kuliah Asuhan Keperawatan pada Akademi Keperawatan, serta pembahasan lainnya. 5 Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain : a. terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu b. obat-obatan atau vitamin ( A) R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari diare Tujuan : Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan suhu tubuh Kriteria hasil : suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C) Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor Diareadalah suatu keadaan meningkatnya berat dari fases (>200 mg/hari) yang dapat dihubungkan dengan meningkatnya cairan, frekuensi BAB, tidak enak pada perinal, dan rasa terdesak untuk BAB dengan atau tanpa inkontinensia fekal.1-4 Diare terbagi menjadi diare Akut dan Kronik.Diare akut berdurasi 2 minggu atau kurang, sedangkan diare kronis lamanya lebih dari 2 minggu. Untukitu saya tertarik membuat Asuhan Keperawatan Kepada Ny.''S'' umur 23 tahun dengan Gastroenteritis di Balai Pengobatan "AS SYIFA" Desa Waru Kulon Pucuk Lamongan. 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Menetapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah kedalam proses asuhan Keperawatan nyata serta mendapatkan pengalaman dalam memecahkan masalah pada Ny."S" dengan Gastroenteritis atau diare. 1.2.2 Tujuan khusus 1) Untuk mengetahui gambaran tentang kasus Gastroenteritis yang . Untuk mendiagnosis diare dan penyebabnya, dokter akan menanyakan gejala yang dirasakan, kebiasaan sehari-hari, riwayat penyakit, dan riwayat pengobatan yang pernah dijalani pasien. Jika pasien kerap mengalami diare setelah mengonsumsi makanan tertentu, dokter dapat mencurigai bahwa pasien terkena keracunan makanan, menderita intoleransi, atau memiliki alergi makanan. Untuk memastikannya, dokter akan melakukan tes alergi atau tes toleransi makanan. Bila diperlukan, dokter juga akan melakukan pemeriksaan penunjang, seperti Pemeriksaan feses, untuk memeriksa bakteri atau parasit yang menyebabkan diare Tes darah, untuk mendeteksi komplikasi yang dapat terjadi akibat diare dan mendeteksi penyakit lain yang dapat menyebabkan diare Jika penyebab diare masih belum diketahui, dokter dapat melakukan kolonoskopi. Kolonoskopi dilakukan untuk mengetahui kondisi usus dan mendeteksi jika terdapat kelainan pada usus besar. Prosedur ini menggunakan alat berupa selang kecil yang dilengkapi dengan lampu dan kamera di ujungnya. O governador do Ceará, Elamano de Freitas PT, decretou nesta terça-feira 6, ponto facultativo no expediente dos órgãos da administração pública estadual devido a comemoração de Corpus Christi nesta quinta-feira 8. "Bom dia a todas e a todos! Assinei ontem [segunda-feira] decreto que determina ponto facultativo na próxima quinta-feira 8, Dia de Corpus Christi, e na sexta-feira 9. A decisão vale para os órgãos da administração pública estadual", disse o gestor do executivo. O documento, publicado no Diário Oficial do Estado, assegura o funcionamento das atividades essenciais, como segurança, saúde e fornecimento de água, entre outros. Corpus Christi O dia de Corpus Christi, que neste ano é comemorado na próxima quinta-feira, 8 de junho, não é um feriado nacional. Corpus Christi só é considerado feriado se estiver previsto em lei estadual ou municipal. Em latim, Corpus Christi significa "Corpo de Cristo", e é justamente o que a festa da Igreja Católica celebra nesta data. A celebração de Corpus Christi acontece sempre em uma quinta-feira porque faz alusão à Quinta-feira Santa, que acontece três dias antes da Páscoa, e remete à eucaristia, feita por Jesus exatamente naquele dia da semana. Assista às notícias do Ceará no g1 em 1 Minuto Uploaded byWulaniSetianingrum 75% found this document useful 20 votes29K views13 pagesOriginal TitleASKEP DIARE SDKICopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document75% found this document useful 20 votes29K views13 pagesAskep Diare SdkiOriginal TitleASKEP DIARE SDKIUploaded byWulaniSetianingrum Full descriptionJump to Page You are on page 1of 13Search inside document You're Reading a Free Preview Pages 6 to 12 are not shown in this preview. Buy the Full Version Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIARE AKUT KARENA INFEKSI KONSEP MEDIS Pengertian Diare adalah buang air besar defekasi dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml/sekali defekasi Hendarwanto, 1999. Menurut WHO 1980 diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat dalam beberapa jam atau beberapa hari. Penyebab Diare akut karena infeksi gastroenteritis dapat ditimbulkan oleh Bakteri Escherichia coli, Salmonella typhi, Salmonella para typhi A/B/C, Shigella dysentriae, Shigella flexneri, Vivrio cholera, Vibrio eltor, Vibrio parahemolyticus, Clostridium perfrigens, Campilobacter Helicobacter jejuni, Staphylococcus sp, Streptococcus sp, Yersinia intestinalis, Coccidiosis. Parasit Protozoa Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis, Isospora sp dan Cacing A. lumbricodes, A. duodenale, N. americanus, T. trichiura, O. velmicularis, S. stercoralis, T. saginata dan T. solium Virus Rotavirus, Adenovirus dan Norwalk. Penelitian di RS Persahabatan Jakarta Timur 1993-1994 pada 123 pasien dewasa yang dirawat di bangsal diare akut didapatkan hasil isolasi penyebab diare akut terbanyak adalah E. coli 38 %, V. cholera Ogawa 18 % dan Aeromonas sp. 14 %. Patofisiologi Sebanyak kira-kira 9-10 liter cairan memasuki saluran cerna setiap hari yang berasal dari luar asupan diet dan dari dalam tubuh sendiri sekresi cairan lambung, empedu dan sebagainya. Sebagian besar jumlah tersebt diresorbsi di usus halus dan sisanya sebanyak 1500 ml memasuki usus besar. Sejumlah 90% dari cairan usus besar akan diresorbsi sehingga tersisa sejumlah 150-250 ml cairan ikut membentuk tinja. Faktor-faktor fisiologis yang menyebabkan diare sangat erat hubungannya satu sama lain. Misalnya, cairan dalam lumen usus yang mengkat akan menyebabkan terangsangnya usus secara mekanis karena meningkatnya volume sehingga motilitas usus meningkat. Sebaliknya bila waktu henti makanan di usus terlalu cepat akan menyebabkan gangguan waktu penyentuhan makanan dengan mukosa usus sehingga penyerapan elektrolit, air dan zat-zat lain terganggu. Bagan patofisiologi diare dan mekanisme kompensasi dengan larutan gula garam secara sederhana dapat dilihat pada gambar berikut Dinding Epitel Lumen Usus Entero toksin Sel Epitel Usus AMP Siklik Cl H2O, K+, Na+, HCO3 Glukosa Na+ Glukosa H2O HCO3 Cl– Na+ K+ Vaskuler Mekanisme Kerja Enterotoksin AMP Siklik dan Cara Kompensasi dengan Larutan Gula Garam Patogenesis Dua hal umum yang patut diperhatikan pada keadaan diare akut karena infeksi adalah faktor kausal agent dan faktor penjamu host. Faktor penjamu adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut yang terdiri atas faktor-faktordaya tahan tubuh atau lingkungan intern traktus intestinalis seperti keasaman lambung, motilitas usus dan juga mencakup flora normal usus. Penurunan keasaman lambung pada infeksi shigella telah terbukti dapat menyebabkan serangan infeksi yang lebih berat dan menyebabkan kepekaan lebih tinggi terhadap infeksi Hipomotilitas usus pada infeksi usus memperlama waktu diare dan gejala penyakit serta mengurangi kecepatan eliminasi agen sumber penyakit. Peran imunitas tubuh dibuktikan dengan didapatkannya frekuensi Giardiasis yang lebih tinggi pada mereka yang kekurangan Ig-A. Percobaan lain membuktikan bahwa bila lumen usus dirangsang suatu toksoid berulangkali akan terjadi sekresi antibodi. Percobaan pada binatang menunjukkan berkurangnya perkembangan S. typhi murium pada mikroflora usus yang normal. Faktor kausal yang mempengaruhi patogenitas antara lain daya penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan usus halus serta daya lekat kuman pada lumen usus. Kuman dapat membentuk koloni-koloni yang dapat menginduksi diare. Berdasarkan kemampuan invasi kuman menembus mukosa usus, bakteri dibedakan atas Bakteri non-invasif enterotoksigenik Misalnya V. cholera/eltor, Enterotoxigenic E Coli ETEC dan C. perfringens tidak merusak mukosa, mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa usus halus 15-30 menit sesudah diproduksi yang mengaktivasi sekresi anion klorida dari sel ke dalam lumen usus yang diikuti air, ion bokarbonat, natrium dan kalium sehingga tubuh akan kekurangan cairan dan elektrolit yang keluar bersama tinja. Bakteri enterovasif Misalnya Enteroinvasive E. Coli EIEC, Salmonella, Shigella, Yersinia, dan C. perfringens type CV. cholera/eltor, Enterotoxigenic E Coli dan C. perfringens. Dalam hal ini, diare terjadi akibat nekrosis dan ulserasi dinding usus. Sifat diarenya sekretorik eksudatif., dapat tercampur lendir dan darah. Walaupun demikian, infeksi oleh kuman-kuman ini dapat juga bermanifestasi sebagai suatu diare koleriformis. Manifestasi Klinis Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik. Karena kehilangan bikarbonat HCO3 maka perbandingannya dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam pernapasan Kussmaul Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat > 120 x/menit, tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut. Prinsip Penatalaksanaan Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi. Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi. Memberikan terapi simtomatik Memberikan terapi definitif. 1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi. Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu 1 Jenis cairan yang hendak digunakan. Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik 0,9% yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya. 2 Jumlah cairan yang hendak diberikan. Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan cara/rumus – Mengukur BJ Plasma Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus BJ Plasma – 1,025 ———————- x BB x 4 ml 0,001 – Metode Pierce Berdasarkan keadaan klinis, yakni * diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB * diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB * diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB – Metode Daldiyono Berdasarkan skoring keadaan klinis sebagai berikut * Rasa haus/muntah = 1 * BP sistolik 60-90 mmHg = 1 * BP sistolik 120 x/mnt = 1 * Kesadaran apatis = 1 * Kesadaran somnolen, sopor atau koma = 2 * Frekuensi napas >30 x/mnt = 1 * Facies cholerica = 2 * Vox cholerica = 2 * Turgor kulit menurun = 1 * Washer women’s hand = 1 * Ekstremitas dingin = 1 * Sianosis = 2 * Usia 50-60 tahun = 1 * Usia >60 tahun = 2 Kebutuhan cairan = Skor ——– x 10% x kgBB x 1 ltr 15 3 Jalan masuk atau cara pemberian cairan Rute pemberian cairan pada orang dewasa meliputi oral dan intravena. Larutan orali dengan komposisi berkisar 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g NaBik dan 1,5 g KCl stiap liternya diberikan per oral pada diare ringan sebagai upaya pertama dan juga setelah rehidrasi inisial untuk mempertahankan hidrasi. 4 Jadual pemberian cairan Jadual rehidrasi inisial yang dihitung berdasarkan BJ plasma atau sistem skor diberikan dalam waktu 2 jam dengan tujuan untuk mencapai rehidrasi optimal secepat mungkin. Jadual pemberian cairan tahap kedua yakni untuk jam ke-3 didasarkan pada kehilangan cairan selama 2 jam fase inisial sebelumnya. Dengan demikian, rehidrasi diharapkan lengkap pada akhir jam ke-3. 2. Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi. Untuk mengetahui penyebab infeksi biasanya dihubungkan dengan dengan keadaan klinis diare tetapi penyebab pasti dapat diketahui melalui pemeriksaan biakan tinja disertai dengan pemeriksaan urine lengkap dan tinja lengkap. Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diperjelas melalui pemeriksaan darah lengkap, analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan BJ plasma. Bila ada demam tinggi dan dicurigai adanya infeksi sistemik pemeriksaan biakan empedu, Widal, preparat malaria serta serologi Helicobacter jejuni sangat dianjurkan. Pemeriksaan khusus seperti serologi amuba, jamur dan Rotavirus biasanya menyusul setelah melihat hasil pemeriksaan penyaring. Secara klinis diare karena infeksi akut digolongkan sebagai berikut 1 Koleriform, diare dengan tinja terutama terdiri atas cairan saja. 2 Disentriform, diare dengan tinja bercampur lendir kental dan kadang-kadang darah. Pemeriksaan penunjang yang telah disinggung di atas dapat diarahkan sesuai manifestasi klnis diare. 3. Memberikan terapi simtomatik Terapi simtomatik harus benar-benar dipertimbangkan kerugian dan keuntungannya. Antimotilitas usus seperti Loperamid akan memperburuk diare yang diakibatkan oleh bakteri entero-invasif karena memperpanjang waktu kontak bakteri dengan epitel usus yang seyogyanya cepat dieliminasi. 4. Memberikan terapi definitif. Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi 1 Kolera-eltor Tetrasiklin atau Kotrimoksasol atau Kloramfenikol. 2 V. parahaemolyticus, 3 E. coli, tidak memerluka terapi spesifik 4 C. perfringens, spesifik 5 A. aureus Kloramfenikol 6 Salmonellosis Ampisilin atau Kotrimoksasol atau golongan Quinolon seperti Siprofloksasin 7 Shigellosis Ampisilin atau Kloramfenikol 8 Helicobacter Eritromisin 9 Amebiasis Metronidazol atau Trinidazol atau Secnidazol 10 Giardiasis Quinacrine atau Chloroquineitiform atau Metronidazol 11 Balantidiasis Tetrasiklin 12 Candidiasis Mycostatin 13 Virus simtomatik dan suportif KONSEP KEPERAWATAN Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. 2000 riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah Aktivitas/istirahat Gejala – Kelelelahan, kelemahan atau malaise umum – Insomnia, tidak tidur semalaman karena diare – Gelisah dan ansietas Sirkulasi Tanda – Takikardia reapon terhadap dehidrasi, demam, proses inflamasi dan nyeri – Hipotensi – Kulit/membran mukosa turgor jelek, kering, lidah pecah-pecah Integritas ego Gejala – Ansietas, ketakutan,, emosi kesal, perasaan tak berdaya Tanda – Respon menolak, perhatian menyempit, depresi Eliminasi Gejala – Tekstur feses cair, berlendir, disertai darah, bau anyir/busuk. – Tenesmus, nyeri/kram abdomen Tanda – Bising usus menurun atau meningkat – Oliguria/anuria Makanan dan cairan Gejala – Haus – Anoreksia – Mual/muntah – Penurunan berat badan – Intoleransi diet/sensitif terhadap buah segar, sayur, produk susu, makanan berlemak Tanda – Penurunan lemak sub kutan/massa otot – Kelemahan tonus otot, turgor kulit buruk – Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut Hygiene Tanda – Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri – Badan berbau Nyeri dan Kenyamanan Gejala – Nyeri/nyeri tekan kuadran kanan bawah, mungkin hilang dengan defekasi Tanda – Nyeri tekan abdomen, distensi. Keamanan Tanda – Peningkatan suhu pada infeksi akut, – Penurunan tingkat kesadaran, gelisah – Lesi kulit sekitar anus Seksualitas Gejala – Kemampuan menurun, libido menurun Interaksi sosial Gejala – Penurunan aktivitas sosial Penyuluhan/pembelajaran Gejala – Riwayat anggota keluarga dengan diare – Proses penularan infeksi fekal-oral – Personal higyene – Rehidrasi Tes Diagnostik Lihat konsep medis. DIAGNOSA KEPERAWATAN Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas mual. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus. Nyeri akut b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal. Kecemasan b/d perubahan status kesehatan, perubahan status sosio-ekonomis, perubahan fungsi peran dan pola interaksi. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif. INTERVENSI KEPERAWATAN Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas mual Intervensi dan Rasional Berikan cairan parenteral sesuai dengan program rehidrasi – Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama feses. Pantau intake dan output. – Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan cairan pengganti. Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium – Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa. Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif. – Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus. Intervensi dan Rasional Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut. – Menurunkan kebutuhan metabolik. Pertahankan status NPO puasa selama fase akut/ketetapan medis dan segera mulai pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan – Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien memungkinkan. Kolaborasi pemberian roborantia seperti vitamin B 12 dan asam folat. – Diare menyebabkan gangguan fungsi ileus yang berakibat terjadinya malabsorbsi vitamin B 12; penggantian diperlukan untuk mengatasi depresi sum sum tulang, meningkatkan produksi SDM. – Defisiensi asam folat dapat terjadi bila diare berlanjut akibat malabsorbsi. Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi. – Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih lanjut. Nyeri akut b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal. Intervensi dan Rasional Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi. – Menurunkan tegangan abdomen. Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase punggung dan kompres hangat abdomen – Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian kliendan meningkatkan kemampuan koping. Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan perawatan kulit – Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi. Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi – Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis. Kaji keluhan nyeri skala 1-10, perubahan karakteristik nyeri, petunjuk verbal dan non verbal – Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya. Kecemasan b/d perubahan status kesehatan, perubahan status sosio-ekonomis, perubahan fungsi peran dan pola interaksi. Intervensi dan Rasional Dorong klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik tentang mekanisme koping yang tepat. – Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan masalah. Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang lain yang mengalami masalah yang sama dengan klien. – Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya orang yang mengalami masalah yang demikian. Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam membantu klien. – Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecamasan. Kolaborasi pemberian obat sedatif bila diperlukan. – Dapat digunakan sebagai anti ansitas dan meningkatkan relaksasi. Kaji perubahan tingkat kecemasan misalnya dengan indeks HARS – Mengevaluasi perkembangan kecemasan untuk menetapkan intervensi selanjutnya. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif. Intervensi dan Rasional Kaji kesiapan klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan klien tentang penyakit dan perawatannya. – Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar belakang pengetahuan sebelumnya. Jelaskan tentang proses penyakit, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan aktivitas sehari-hari. – Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi klien dan keluarga dalam proses perawatan klien. Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta efek samping yang mungkin timbul. – Meningkatkan pemahaman dan partisipasi klien dalam pengobatan. Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi. – Meningkatkan kemandirian dan kontrol klien terhadap kebutuhan perawatan diri. Carpenito 2000, Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, EGC, JakartaPrice & Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, EGC, JakartaSoeparman & Waspadji 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta. Foto Buku Diagnosa Keperawatan/ Kategori Fisiologis, Subkategori Nutrisi dan Cairan DIAGNOSA KEPERAWATAN SDKI Diare Definisi Pengeluaran Feses yang sering, lunak dan tidak berbentuk. Penyebab Fisiologis Inflamasi gastrointestinalIritasi gastrointestinalProses infeksiMalabsorbsi Psikologis Kecemasan Tingkat stres tinggi Situasional Terpapar kontaminanTerpapar toksinPenyalahgunaan zatProgram pengobatan Agen tiroid. Analgesik, pelunak feses, ferosulfat, antasida, cimetidine dan antibiotikBakteri pada air Gejala dan Tanda Mayor Subjektif Tidak tersedia Objektif Defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jamFeses lembek atau cair Gejala dan Tanda Minor Subjektif UrgencyNyeri/kram abdome Objektif Frekuensi peristaltik meningkatBising usus hiperaktif LUARAN KEPERAWATAN SLKI Tujuan dan Kriteria Hasil Setelah dilakukan intevensi keperawatan selama ………… maka Eliminasi fekal membaik dengan kriteria hasil Kriteria Hasil * Kontrol pengeluaran feses 1 2 3 4 5 ** Keluhan defekasi lama dan sulit 1 2 3 4 5 Mengejan saat defekasi Distensi abdomen 1 2 3 4 5 Terabas massa pada rektal 1 2 3 4 5 Urgency 1 2 3 4 5 Nyeri abdomen 1 2 3 4 5 Kram abdomen 1 2 3 4 5 *** Konsistensi feses 1 2 3 4 5 Frekuensi BAB 1 2 3 4 5 Peristaltik usus 1 2 3 4 5 Keterangan Skor * Menurun 1 Cukup Menurun 2 Sedang 3 Cukup Meningkat 4 Meningkat 5 ** Meningkat 1 Cukup Meningkat 2 Sedang 3 Cukup Menurun 4 Menurun 5 *** Memburuk 1 Cukup Memburuk 2 Sedang 3 Cukup Membaik 4 Membaik 5 BACA JUGA Asuhan Keperawatan Retensi Urin [ INTERVENSI KEPERAWATAN SIKI Manajemen Diare Observasi Identifikasi penyebab diare mis. Inflamasi gastrointestinal, iritasi gastrointestinal Identifikasi gejala invaginasi Identifikasi riwayat pemberian makanan Monitor warna, volume, frekwensi, dan konsistensi tinjaMonitor tanda dan gejala hipovolemia Monitor iritasi dan ulserasi kulit didaerah perineal Monitor jumlah pengeluaran diare Monitor keamanan penyiapan makanan Terapeutik Berikan asupan cairan oral Pasang jalur intravena Berikan cairan intravena Berikan minum hangat. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu Edukasi Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap Anjurkan menghindari makanan, pembentuk gas, pedas, dan mengandung lactose Kolaborasi Kolaborasi pemberian obat antimotilitas Kolaborasi pemberian obat antispasmodic/ spasmolitik Kolaborasi pemberian obat pengeras feses Pemantauan Cairan Kolaborasi Monitor frekuensi dan kekuatan nadi Monitor frekuensi nafas Monitor elastisitas atau turgor kulit Monitor jumlah, waktu dan berat jenis urine Terapeutik Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien Dokumentasi hasil pemantauan Edukasi Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan Informasikan hasil pemantauan, jika perlu Sumber PPNI 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik 1st ed. Jakarta DPP PPNIPPNI 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan 1st ed. Jakarta DPP PPNIPPNI 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan 1st ed. Jakarta DPP PPNI

contoh askep diare pada orang dewasa